PEMBAGIAN HADITS BERDASARKAN SIFAT SANAD
Thursday, January 5, 2017
Add Comment
1. Pengertian Hadis Muttasil
Muttashil secara bahasa berarti bersambung sedangkan menurut ishtilah muhadditsin muttashil adalah hadits yang sanadnya bersambung-sambung dari setiap rawinya. Baik sampai kepada nabi atau kepada sahabat. Hadis muttasil adalah hadis yang didengar oleh masing-masing rawinya dari rawi yang di atasnya sampai kepada ujung sanadnya Hadits Muttashil disebut juga hadits maushul. Hadits muttashil mencakup hadits muttashil marfu’ dan hadits muttashil mauquf.
Ibnu sholah berpendapat bahwasanya hadits muttashil yang tidak memuat sanad yang disandarkan pada tabi’in disebut hadis maqthu’, dan apabila hadits muttashil tersebut memuat sanad yang disandarkan pada tabi’in maka di sebut marfu’ dan mauquf.
2. Contoh Hadis Muttasil
a. Contoh Hadis Muttasil Marfu’ adalah hadis yang diriwayatkan oleh Malik; dari Nafi’ dari Abdullah bin Umar bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Orang yang tidak mengerjakan shalat Asar seakan-akan menimpakan bencana kepada keluarga dan hartanya”
b. Contoh hadis Muttasil Maukuf adalah hadis yang diriwayatkan oleh Malik dari Nafi’ bahwa ia mendengar Abdullah bin Umar berkata: “Barang siapa yang mengutangi orang lain maka tidak boleh menentukan syarat lain kecuali keharusan membayarnya.”
Masing-masing hadis di atas adalah muttasil atau mausul, karena masing-masing rawinya mendengarnya dari periwayat di atasnya, dari awal sampai akhir.
B. Hadis Musnad
1. Pengertian Hadis Musnad
Kata musnad berarti menyandarkan atau membangsakan. Adapun Hadits musnad dalam terminologi ialah hadits yang sanad dan rawinya muttashil hingga kepada nabi Muhammad saw.
a. Menurut Al Hakim mengatakan bahwa hadits musnad adalah hadits yang bersambung sanadnya sampai kepada Rasulullah
b. Menurut Al Khatib mengatakan bahwa hadits musnad adalah hadits yang bersambung sanadnya hingga akhir sanad
Dari definisi di atas bahwa hadits musnad mempunyai dua syarat yakni :
a. Haditsnya harus sampai (marfu’) kepada nabi.
b. Sanad hadits muttashil/bersambung
2. Contoh Hadis Musnad
Hadits yang dikeluarkan oleh Bikhari, yang berkata, “Telah bercerita kepada kami Abdullah bin Yusuf dari Malik dari Abi Zanad dari Al-A’raj dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Jika seekor anjing meminum di dalam bejana kalian, maka cucilah sebanyak tujuh kali.”
Hadits ini sanadnya bersambung dari awal hingga akhir, juga marfu’ sampai kepada Nabi.
C. Hadis Mu’an’an
1. Pengertian Hadis Mu’an’an
Pengertian dari muanan adalah hadits yang sanadnya terdapat redaksi ‘an (dari) seseorang.Ketika redaksi ‘an itu pada tingkat sahabat, terdapat pemilahan. Apabila sahabat itu termasuk sahabat yang sebagian besar hidupnya senantiasa bersama dengan nabi, maka redaksi ‘an sama dengan redaksi sami’tu. Apabila sahabat itu jarang bertemu nabi, maka sanad itu perlu ditinjau ulang.
Pendapat ulama ahli hadits dalam masalah ini terdapat dua fersi:
a. Bahwa hadits yang jalurnya (sanad ) itu menggunakan redaksi ‘an (dari) termasuk dalam kategori hadits yang sanadnya muttasil. Akan tetapi hadits mu’an’an untuk bisa dikategorikn sebagai hadits muttasil, harus memenuhi beberapa syarat. Dalam hal-hal syarat ini terdapat dua pendapat:
1) Syarat-syarat yang ditentukan oleh Imam Bukhari, Ali bin al-Madani dan sejumlah ahli hadits lain antara lain:
a) Perawi harus mempunyai sifat ‘adalah.
b) Harus terdapat hubungan guru murid, dalm artian keduanya harus pernah bertemu.
c) Perawi bukan termasuk mudallis.
2) Syarat-syarat yang ditentukan oleh imam muslim, antara lain:
a) Perawi harus mempunyai sifat ‘adalah.
b) Perawi bukan termasuk mudallis.
c) Hubungan antara yang meriwayatkan hadits cukup dengan hidup dalam satu masa dan itu dimungkinkan untuk bertemu.
b. Bahwa hadits mu’an-an termasuk dalam kategori hadits mursal. Oleh karena itu hadits mu’an-an tidak bisa dijadikan sebagai hujjah.
2. Contoh Hadis Mu’an’an
Memberikan kepada kami Al-Hasan bin Arafah, memberikan kepada kami Ismail bin Iyas dari yahya bin abu amru Asy-Syahbani dari Abdullah bin Ad-Daylami berkata: Aku mendengar Abdullah bin Amr, aku mendengar Rasulullah Saw bersabda: Sesunggunya Allah Swt menciptakan makhluk-Nya dalam keadaan gelap (kebodohan) kemudia Dia sampaikan kepada mereka di antara cahaya-Nya (HR. At-Tirmizi)
D. Hadis Musalsal
1. Pengertian Hadis Musalsal
Menurut bahasa musalsal berasal dari yang berarti berantai dan bertali menali. Hadis ini dinamakan musalsal karena ada kesamaan dengan rantai (silsilah) dalam segi pertemuan pada masing-masing perawi atau ada kesamaan dalam bagian-bagiannya.
Menurut istilah hadis musalsal adalah hadis yang sambung penyandarannya dalam satu bentuk/ keaadaan atau satu sifat, baik berupa perkataan maupun perbuatan, yang terulang-ulang pada para periwayatan atau pada periwayatan atau berkaitan dengan waktu atau tempat periwayatan.
Lebih luas Al-Iraqi memberikan definisi musalsal adalah hadis yang para perawinya dalam sanad berdatangan satu persatu dalam satu bentuk keadaan atau dalam satu sifat, baik sifat para perawi maupun sifat penyandaran (isnâd) baik terjadi pada isnâd dalam bentuk penyampaian periwayatan (adâ’ ar-riwâyah) maupun berkaitan dengan waktu dan tempatnya, baik keadaan para perawi maupun sifat-sifat mereka, dan baik perkataan maupun perbuatan.
Dengan demikian hadis musalsal adalah hadis yang secara berturut-turut sanad-nya sama dalam satu sifat atau dalam satu keadaan dan atau dalam satu periwayatan.
Menurut Al Hafidz Al Iraqi berkata: sedikit sekali hadis musalsal yang selamat dari kedhaifan, dimaksudkan di sini sifst musalsal bukan pada asal matan karena sebagian matan shahih. Ibnu Hajar berkata: Musalsal yang paling shahih di dunia adalah musalsal hadis membaca Surah Ash-Shaff.
2. Macam-macam Hadis Musalsal
a. Musalsal bi ahwâl ar-ruwât (musalsal keadaan perawi).
Musalsal keadaan perawi terkadang dalam perkataan (qawlî), perbuatan (fi’lî), atau keduanya (perkataan dan perbuatan atau qawlî dan fi’lî.
Contoh Musalsal qawlî (perkataan):
Hadis Mu’adz bin Jabal, bahwasannya Nabi SAW bersabda kepadanya: Hai Mu’adz sesungghnya aku mencintaimu, maka katakanlah pada setelah shalat: Ya Allah Tolonglah aku untuk dzikir kepada-Mu, syukur kepada-Mu, dan baik dalam ibadah kepada-Mu. (HR. Abu Dawud)
Hadis di atas musalsal pada perkataan setiap perawi ketika menyampaikan periwayatannya dengan ungkapan: Sesungguhnya aku mencintaimu, maka katakan di setiap selesai shalat. Setiap perawi yang menyampaikan perawi hadis ini selalu memulai dengan kata-kata tersebut sebagaimana yang dilakukan Rasulallah terhadap Mu’adz.
Contoh musalsal fi’lî (perbuatan):
Hadis Abu Hurairah dia berkata: Abu Al-Qasim (Nabi SAW) memasukkan jari-jari tangannya kepada jari-jari tanganku (jari jemari) bersabda: “Allah menciptakan bumi pada hari Sabtu.” (HR. Al-Hakim)
Setiap perawi yang menyampaikan periwayatan selalu jari jemari terhadap orang yang menerima hadis tersebut sebagaimana yang dilakukan Rasulallah SAW.
Contoh musalsal qawlî dan fi’lî (perkataan dan perbuatan):
Hadis Anas bin Malik RA Berkata: Rasulallah SAW bersabda: Seorang hamba tidak mendapatkan manisnya iman sehingga beriman kepada ketentusn Allah (Qadar) baik dan buruk, manis dan pahitnya.” Rasulallah sambil memegang jenggot bersabda: “ Aku beriman pada ketentuan Allah (qadar) baik dan buruk, manis dan pahitnya.” (HR. Al-Hakim secara musalsal)
Hadis di atas musalsal qawlî dan fi’lî ( musalsal perkataan dan sekaligus perbuatan) yaitu perkataan: “Aku beriman pada ketentuan Allah (qadar) baik dan buruk, manis dan pahitnya” dan perbuatan memegang jenggot. Semua perawi ketika menyampaikan periwayatan juga melakukan hal itu sebagaimana Rasulallah SAW.
b. Musalsal bi shifât ar-ruwâh (Musalsal sifat Periwayat).
Musalsal ini dibagi menjadi perkataan (qawlî) dan perbuatan (fi’lî).
Contoh musalsal sifat perawi dalam bentuk perkataan:
Bahwasannya sahabat bertanya kepada Rasulallah SAW tentang amal yang disukai Allah SWT agar diamalkan, maka Nabi membacakan mereka Surah Shaff.
Hadis ini musalsal pada membaca Surah Shaff. Setiap periwayat membacakan Surah Shaff ketika menyampaikan periwayatan kepada muridnya atau yang menerima hadisnya.
Contoh musalsal sifat perawi dalam bentuk perbuatan (fi’lî).
Hadis Ibnu Umar secara marfû’: Penjual dan pembeli boleh mengadakan khiyâr (memilih jadi atau tidak).
Hadis di atas musalsal diriwayatkan oleh fuqahâ kepada para fuqahâ secara terus menerus. Atau termasuk musalsal ini seperti kesepakatan nama-nama para perawi, seperti musalsal dalam nama Al-Muhammadin kesepakatan dalam menyebut bangsa/nisbat mereka seperti musalsal dalam menyebut Ad-Dimasyqiyin dan Al-Mishriyin.
c. Musalsal bi shifât ar-riwâyah (Musalsal dalam sifat periwayatan)
Dalam musalsal ini terbagi menjadi 3 macam,yaitu musalsal dalam bentuk ungkapan penyampaian periwayatan (adâ’), musalsal pada waktu periwayatan, dan musalsal pada tempat periwayatan.
Contoh musalsal dalam bentuk ungkapan periwayatan seperti hadis musalsal pada perkataan setiap perawi dengan menggunakan ungkapan aku mendengar si Fulan ataumemberitakan kepada kami si Fulan dan seterusnya.
Contoh musalsal pada waktu periwayatan:
Hadis Ibnu Abbas berkata: “Aku menyasikan Rasulallah SAW pada hari raya Idul Fitri atau Idul Adha, setelah beliau selesai shalat menghadap kita dengan wajahnya kemudian bersabda:“Wahai manusia kalian telah memperoleh kebaikan…,”
Hadis di atas musalsal waktu periwayatan yaitu pada hari raya Idul Fitri atau Idul Adha. Setiap perawi mengungkapkan kalimat tersebut dalam menyampaikan periwayatan kepada muridnya.
Contoh musalsal pada tempat periwayatannya, seperti kata Ibnu Abbas tentang terijabah doa di Multazam:
Aku mendengar Rasulallah SAW bersabda: “Multazam adalah suatu tempat yang diperkenankan doa padanya. Tidak seorang hamba yang berdoa padanya melainkan dikabulkannya.”
Ibnu Abbas berkata: Demi Allah, aku tidak berdoa pada Allah padanya sama sekali sejak mendengar hadis ini melainkan Allah memperkenan doaku. Hadis musalsal pada tempat periwayatannya, masing-masing periwayat mengungkapkan sebagaimana perkataan Ibnu Abbas tersebut setelah menyampikan periwayatn hadis kepada orang lain.
E. Hadis‘Ali
1. Pengertian Hadis ‘Ali
Dari segi bahasa ‘Ali ialah bentuk isim fa’il dari kata sesuatu yang tinggi. Dalam pengertian istilah ahli hadis ialah suatu hadis yang sedikit jumlah para perawinya sampai kepada Rasulallah SAW. Dibandingkan dengan sanad lain.
2. Macam-Macam Hadis ‘Ali
a. Ali mutlak, yaitu hadis yang lebih dekat para perawinya dalam sanad dengan Rasulullah karena lebih sedikit jumlahnya dibandingkan dengan sanad lain pada hadis yang sama. ‘Ali mutlak ini yang paling tinggi diantara macam-macam ‘Ali apabila memiliki sanad yang shahih.
b. ‘Ali Nisbi, yaitu hadis yang dekat atau sedikit jumlah perawinya dalam sanad dengan sesuatu tertentu:
1) Dekat dengna salah seorang Imam Hadis.
2) Dekat dengan salah seorang pengarang kitab induk hadis yang dapat dipedomani.
F. Hadis Naazil
1. Pengertian Hadis Naazil
An-Nazil berasal dari kata An-Nuzul yang berarti rendah dan turun. Dalam pengertian istilah ahli hadis ialah suatu hadis yang banyak jumlah para perawinya sampai kepada Rasulallah SAW dibandingkan dengan sanad lain.
2. Macam-macam Hadis Naazil
a. Sanad yang bilangan rawinya banyak sampai kepada Nabi.
b. Sanad yang bilangan rawinya banyak sampai kepada salah seorang Imam Hadis
c. Sanad yang bilangan rawinya banyak sampai kepada satu kitab hadis yang teranggap
d. Sanad yang di dalamnya ada rawi yang menerima dari seorang Syaikh yang kemudian meninggal, juga dari rawi lain yang menerima dari Syaikh itu.
e. Sanad yang di dalamnya ada rawi yang mendengar dari seorang Syaikh, kemudian (belakangan) rawi itu menerima dari rawi lain yang juga mendengar dari Syaikh itu.
0 Response to "PEMBAGIAN HADITS BERDASARKAN SIFAT SANAD"
Post a Comment