Safelink

Materi Akidah Akhlak Kelas X Semester Genap [Lengkap]

Materi Akidah Akhlak
Materi Akidah Akhlak


BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah

            Materi Pendidikan Agama Islam (PAI) yang diantaranya Akidah Akhlak merupakan suatu materi yang sangat penting untuk  dipahami dan diamalkan oleh siswa. Karena dengan begitu, siswa akan mengetahui isi dari Akidah Akhlak itu sendiri yaitu rukun iman serta perilaku sebagai orang yang beriman dan siswa akan berperilaku dengan sifat-sifat terpuji, menghindari sifat-sifat tercela dan bertata krama dalam  kehidupan sehari-hari. Dengan demikian diharapkan siswa mampu mengimplementasikan dalam  kehidupan nyata baik di sekolah,  rumah dan di masyarakat.

Namun demikian, di sisi lain siswa yang belum mampu memahami dan mengamalkan materi Akidah Akhlak justru yang terjadi adalah sebaliknya dari yang diharapkan pendidik. Terbukti dari sikap dan perilaku siswa yang menyimpang dari isi materi Akidah Akhlak itu sendiri, seperti melakukan perbuatan dan akhlak tercela dan hal-hal lain yang bertentangan dengan isi materi Akidah Akhlak. Ini semua disebabkan  karena kurangnya pendalaman dari isi materi itu sendiri. Untuk itu perlu diupayakan secara maksimal.

Berlatarbelakang dari pentingnya pendalaman isi materi tersebut, maka kami akan membahas materi Pendidikan Agama Islam (PAI) terutama Akidah Akhlak kelas X semester genap. Dan penulisan makalah ini kami beri judul “Materi Akidah Akhlak Kelas X Semester Genap”.

B.  Rumusan Masalah
                     
            Rumusan masalah yang kami angkat dalam makalah ini adalah :
1.         Apa pengertian sikap pasif dan apa saja yang terkait dengannya ?
2.         Apa pengertian sikap pesimis ?
3.         Apa pengertian sikap putus asa ?
4.         Apa pengertian sikap bergantung (tidak mandiri) ?
5.         Apa pengertian beriman kepada kitab ?
6.         Apa saja akhlak terpuji dalam  Islam ?
7.         Apa saja akhlak tercela itu ?

C.  Tujuan Penulisan

     Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini adalah agar kita dapat mengetahui :
1.         Pengertian sikap pasif dan apa saja yang terkait dengannya
2.         Pengertian sikap pesimis
3.         Pengertian sikap putus asa
4.         Pengertian sikap bergantung (tidak mandiri)
5.         Pengertian beriman kepada kitab
6.         Akhlak terpuji dalam  Islam
7.         Akhlak tercela

BAB II
PEMBAHASAN
A.  Sikap Pasif
1.    Pengertian
Sikap pasif adalah sikap yang mempunyai ciri-ciri diantaranya :cenderung menanti orang lain untuk membantu dirinya, tidak mampu mengutarakan keinginannya, tidak bisa memanfaatkan kesempatan dan jikalaupun ada kesempatan, tidak cakap merespon sehingga diambil orang lain, tidak terlalu memiliki keinginan untuk memperbaiki keadaan dirinya, kurang serius dan sulit mengungkapkan perasaan kepada orang lain.

2.    Madharat sikap pasif
Adapun madharat sikap pasif adalah cepat menyerah, putus asa dan mengalah pada pendapat orang lain, selalu merasa kalah dan tidak dapat hidup bahagia, akan selalu dijadikan sasaran yang mudah dididik untuk dimanfaatkan.

3.    Mengarahkan sikap pasif
Cara mengarahkan sikap pasif adalah dengan belajar mengenali hal yang diinginkan, diyakini atau dirasakan, mengutarakannya tanpa membebani orang-orang di sekeliling kita.

Pertanyaan !
a.    Mengapa orang pasif jarang meraih sukses ? bagaimana cara mengatasinya ?
b.   Bagaimana pendapatmu tentang orang yang memiliki perilaku pasif bagaimana cara mengatasinya ?
c.    Bagaimana pendapatmu jika orang pasif kesal berkelanjutan ? bagaimana cara mengatasinya ?

Jawaban :
a.   Karena orang pasif tidak bisa memanfaatkan kesempatan dan jikalaupun mendapatkan kesempatan di hadapannya, ia tidak cakap merespon sehingga akhirnya kesempatan itu dimanfaatkan orang lain. Orang pasif tidak memiliki keinginan jelas apa yang diinginkan dan sulit mengungkapkan keinginan serta kebutuhannya secara jelas kepada orang lain.[1]
Adapun cara mengatasinya hendaknya jika ada kesempatan dapat merespon dan mempunyai keinginan untuk memperbaiki keadaan dirinya.[2]
b.    Orang pasif akan selalu dijadikan sasaran yang mudah dibidik dan dimanfaatkan.[3]
c.    Suatu saat secara spontan kekesalan itu akan muncul dengan cara sangat frontal dan kasar serta tidak memiliki kaitan dengan peristiwa yang dihadapinya.[4]

B.  Sikap Pesimis
1.    Makna sikap pesimis
Sikap pesimis adalah suatu sikap yang mempunyai ciri-ciri diantaranya : tidak realistis dalam  melihat kenyataan, memandang realistis dengan kaca mata negatif dan menimbulkan masalah besar yang akan menjadi beban baru dalam  kehidupannya, lemah dan lamban menyikapi keadaan, muncul pikiran-pikiran buruk yang akan terjadi setiaap melihat kenyataan.

2.    Jenis-jenis sikap pesimis
a.         Pesimis pada diri sendiri,
b.        Pesimis terhadap keluarga,
c.         Pesimis terhadap kedudukan dan jabatan,
d.        Pesimis terhadap harta kekayaan.

3.    Pembentuk sikap pesimis
Pembentuk sikap pesimis diantaranya :
a.         Kebiasaan tergesa-gesa,
b.        Meremehkan dosa kecil,
c.         Suka bergurau dan tidak serius.

Pertanyaan !
1.         Apa yang terjadi dari suatu sikap kepesimisan ? bagaimana cara mengatasinya ?
2.     Rasulullah SAW dituduh orang yang mengarang Al-Qur’an. Bagaimana sikap Rasul menghadapi situasi dan keadaan yang demikian ?
3.         Apa yang terjadi dari suatu sikap tergesa-gesa ? dan bagaimana cara mengatasinya ?

Jawaban : 
1.         Sikap kepesimisan akan mengaburkan semua kemampuan ataupun potensi yang dimiliki manusia serta menghilangkan kesempatan yang sangat berarti dalam  kehidupan, dan akan menumbuhkan sikap-sikap baru yang bertentangan dengan akhlak Islamiyah. Dan kepesimisan menjadikan orang tidak dapat bersabar dan teguh dalam  menghadapi keadaan.[5] Cara mengatasinya dengan menumbuhkan sikap optimis, kreatif, inisiatif dan mandiri.[6]
2.       Yaitu dengan sabar dan teguh menghadapinya serta tetap semangat dan kuat tekad.[7]
3.    Yang terjadi dari sikap tergesa-gesa adalah akan mematikan dan melenyapkan keteguhan. Tidak akan cermat dalam  menyelesaikan persoalan-persoalannya, mudah patah semangat karena perkara sepele atau satu keinginan.[8] Cara mengatasinya dengan berusaha mewujudkan keteguhan, ketenangan, kesabaran dan ketetapan hati.[9]

C.  Sikap Putus Asa
Sikap putus asa merupakan  sikap / sifat yang timbul karena kecemasan yang berlebihan, sehingga tidak ada lagi tempat untuk harapan sedikitpun.

Pertanyaan !
1.      Bagaimana caranya untuk menghindari sikap putus asa akan rahmat Allah SWT dan tidak merasa aman dari hukuman-Nya ?
2.        Jelaskan maksud ayat :
من يعمل مثقال ذرّة شرًّا يراه     من يعمل مثقال ذرّة خيرًا يراه، و

Jawaban :
1.   Memperbanyak harap (raja’) dan cemas (khauf), sebab kedua perasaan itu merupakan buah kemuliaan diantara buah-buah yakin (keyakinan kuat kepada-Nya). Pengharapan (raja’) adalah makrifat hati akan luasnya rahmat allah SWT dan kedermawanan-Nya serta muli janji-Nya kepada siapa yang melaksanakan ketaatan kepada-Nya. Dari makrifat seperti inilah akan timbul perasaan amat menyenangkan yang disebut raja’ yang membuahkan dorongan untuk bersegera memperbanyak kebajikan serta rajin mengerjakan ketaatan. Adapun perasaan cemas (khauf) adalah makrifat hati akan keagungan Allah SWT, keperkasaan dan ketidakbutuhan-Nya kepada makhluk-Nya, serta keras hukuman-Nya dan pedih adzab-nya yang diancamkan terhadap siapa saja yang membangkang dan menyimpang dari perintah-Nya. Dari makrifat itu timbul perasaan risau yang membuahkan dorongan untuk meninggalkan semua maksiat sejauh-jauhnya.[10]

2.     Maksudnya : “ Maka barang siapa mengerjakan kebajikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasannya). Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan sebesar  zarrah pun, niscaya dia akan melihat balasan-Nya”. (Q.S Az-Zalzalah: 991 : 7-8)[11]

Di sanalah mereka masing-masing menyadari bahwa semua diperlakukan  secara adil, maka barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah[12] yakni butir debu sedikitpun, kapan dan di manapun niscaya dia akan melihatnya. Dan demikian juga sebaliknya, barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarrah sekalipun, niscaya dia akan melihatnya pula.

Maksudnya barang siapa beramal kebajikan, sekalipun sangat kecil akan menerima balasan dari kebaikan itu. Dan barang siapa berbuat kejahatan sekalipun sangat sedikit, ia akan menerima pembalasannya pula. Tidak pandang apakah yang melakukan kaum mukmin ataupun kaum kafir. Semuanya akan dibalas sesuai dengan perbuatan yang dikerjakan di dunia.

Perbuatan-perbuatan baik yang dilakukan kaum kafir, tidak menyelamatkan dirinya dari siksa karena kekafirannya. Mereka langsung sebagai penghuni neraka. Dan yang dimaksud dengan ayat Al Qur’an yang menyatakan bahwa amal kebajikan kaum kafir itu dilebur dan tidak bermanfaat untuk dirinya ialah bahwa amal-amal kebaikan tersebut tidak bisa menyelamatkan dirinya dari siksa karena kekafirannya, sekalipun ada siksaan yang diperingan karena dosa-dosa yang dilakukan, selain dosa yang disebabkan kekafirannya. Sedang yang disebabkan sikap kafir sama sekali tidak bisa diperingan. Kepastian ini berdasarkan firman Allah dalam surat Al Anbiya’ ayat 47 yang berbunyi: “Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tidaklah dirugikan seorang barang sedikitpun. Dan jika (amalan) itu hanya seberat biji sawi pun pasti Kami mendatangkan kepadanya. Dan cukuplah Kami menjadi orang-orang yang membuat perhitungan”.

Firman Allah di atas menunjukkan pengertian yang cukup jelas, bahwa kaum mukmin maupun kafir, sama-sama akan diperlakukan secara adil di dalam  penghisaban (perhitungan amal) dan setiap individu pasti akan menerima balasan kelak di hari kiamat.

Terdapat sebuah riwayat yang menyatakan bahwa Hatim (seorang dermawan di masa Jahiliyah) diringankan siksaannya karena kedermawanannya. Abu Lahab juga diringankan siksaannya karena ia ikut bergembira ketika nabi SAW dilahirkan di dunia.

Demikianlah secara ringkas pendapat antara lain ustadz Muhammad Abduh di  dalam  menafsirkan ayat ini. Lihat dalam  Tafsir Al Maraghi oleh Ahmad Mustofa Al Maraghi terj. Bahrun Abu Bakar (Semarang : Toha Putra, 1985), 365-366.

D.  Sikap Bergantung (Tidak Mandiri)
Bergantung adalah suatu sifat yang mempunyai ciri-ciri antara lain : tidak mampu mengandalkan dirinya sendiri dalam  merencanakan dan membuat keputusan penting. Sangat terikat dengan pendapat orang lain, tidak mampu mengambil inisiatif untuk menentukan yang terbaik bagi dirinya, tidak mampu bekerja sendiri, mengandalkan orang lain (keluarga/ teman) dalam  memenuhi kebutuhan emosional dan kebutuhan lainnya.
Sifat bergantung ini ditentukan oleh lemahnya tingkat kepercayaan diri dan rapuhnya batin seseorang serta tidak adanya keinginan untuk memenuhi harapan dan kewajiban.

Pertanyaan !
1.        Apa yang terjadi jika manusia tidak mendayagunakan potensinya secara baik berdasarkan bimbingan Al Qur’an ?
2.    Jelaskan maksud ajaran Islam memerintah setiap hambanya untuk tolong menolong dalam  urusan kebaikan dan larangan tolong menolong dalam  kemungkaran. !
3.        Apa penyebab usaha kita untuk meraih sukses terhambat ?
4.        Apa saja syarat mencari rejeki menurut Islam ?

Jawaban :
1.        Manusia itu akan menjadi sosok yang tidak berdaya dan bergantung kepada sesama makhluk.[13]
2.        Maksudnya : “Dan tolong menolonglah kamu dalam  mengerjakan kebajikan yakni segala bentuk dan macam hal yang membawa kepada kewajiban duniawi dan ukhrawi dan juga tolong menolonglah dalam  ketakwaan yakni segala upaya yang dapat menghindarkan bencana duniawi dan ukhrawi, walaupun dengan orang-orang yang tidak seiman dengan kamu dan janganlah tolong menolong dalam  berbuat dosa[14] dan pelanggaran. Lihat dalam  M. Qurays Shihab, Tafsir Al Misbah , Pesan Kesan Dan Keserasian Al Qur’an (Jakarta: Lentera Hati, 2001), 10. 
3.       Tindakan kita yang tidak dapat menentukan apa yang kita inginkan dan tidak bisa memastikannya.[15]
4.     Tidak bertentangan dengan syariat, didasarkan pada niat dan tujuan baik, dilaksanakan dengan tekun dan bersungguh-sungguh, dikerjakan sesuai dengan hukum Allah, dikerjakan dengan tidak melalaikan ibadah lain, menunaikan kewajiban terhadap rezeki yang dikuasai, harus dapat mendekatkan diri hamba pada sang Pencipta.[16]

E.  Beriman Kepada Kitab
Beriman kepada kitab artinya percaya dan membenarkan dengan sepenuh hati bahwa kitab-kitab itu berisi firman-firman Allah yang diwahyukan kepada para Nabi dan Rasul-Nya sebagai pedoman hidup manusia agar dapat membedakan yang baik dan batil, antara yang baik dan buruk, antara yang halal dan haram.

Pertanyaan !
1.        Tulis ayat tentang pernyataan Allah yang akan tetap menjaga kemurnian Al Qur’an sepanjang jaman !
2.        Sebutkan keistimewaan Al Qur’anak dengan kitab-kitab lain !
3.        Tunjukkan alasan pentingnya manusia dalam  mempelajari Al Qur’anak !

Jawaban :
1.        انّا نحن نزّلنا الذّكر وانّا له لحٰفظون ( الحجر : 9 )
“ Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al Qur’an dan pasti Kami pulalah yang memeliharanya.[17] (Q.S Al Hijr :9)
... وانّه لكتٰب عزيز (41) لايأتيه الباطل من بين يديه ولا من خلفه تنزيل من حكيم حميد (42)
.... “dan sesungguhnya (Al Qur’an) itu adalah kitab yang mulia (yang ) tidak akan dihalangi oleh kebatilan baik dari depan maupun dari belakang (pada masa lalu yang akan datang) yang diturunkan dari Tuhan Yang Maha Bijaksana, Maha Terpuji.[18] (Q.S Al fusilat : 42-42 )
2.  Mengandung rangkuman ajaran kitab-kitab sebelumnya[19], terjaga keasliannya[20], keindahan susunan kalimat[21], sebagai mukjizat yang paling besar, masa berlakunya Al Qur’an tidak terbatas, sedangkan kitab pendahulunya dibatasi oleh datangnya Rasul berikutnya, keaslian isi Al Qur’an  terpelihara, ajaran  Al Qur’an sempurna dan mudah dimengerti.[22]
3.   Supaya mendapat petunjuk dari Allah[23], supaya mendapat rahmat dari Allah[24], supaya dapat terlepas dari kesesatan[25], supaya mendapat obat dari Allah[26], supaya mendapat pengetahuan yang luas, supaya mendapat pahala yang berlipat ganda[27], mendapat syafaat di yaumil qiyamah.[28]

F.   Akhlak Terpuji
1.    Bijaksana
Bijaksana adalah keadaan jiwa yang dengannya dapat diketahui atau dibedakan antara yang hak dan yang batil, antara yang salah dan yang benar dalam  segala perbuatan dan ikhtiar manusia.
Bijaksana mempunyai ciri-ciri antara lain : selalu mempertimbangkan baik buruknya sesuatu sebelum bertindak, sehingga apa yang dilakukan selalu mengandung nilai-nilai kebajikan dan bermanfaat bagi diri sendiri maupun bagi orang lain, akan selalu memihak dan menentukan perbuatan yang berakibat baik bagi diri sendiri maupun orang lain.

2.    Amanah
Amanah artinya dapat dipercaya yaitu sifat baik yang melekat pada diri seseorang yang dapat tumbuh dan berkembang dan yang bersangkutan selalu berkata, bersikap dan melakukan perbuatan yang benar.

Pertanyaan !
a.         Apa manfaat sifat bijaksana bagi kehidupan manusia ?
b.        Apa konsekuensi dan tanggung jawab manusia terhadap amanah dalam  kehidupan sehari-hari ?
c.         Apa hikmah amanah ?

Jawaban :
a.         Terlaksananya UU, orang yang bijaksana selalu melaksanakan UU agar tercipta keselarasan hidup bagi masyarakat, mendidik disiplin, menegakkan yang hak (benar). Perilaku bijaksana akan menghasilkan kebaikan, melaksanakan kewajiban, sifat bijaksana selalu mengutamakan kewajiban (pelaksanaan kewajiban), baik kewajiban agama maupun kewajiban kemasyarakatan, bersikap adil.[29]
b.   Memelihara titipan dan mengembalikan seperti semula, menjaga rahasia, tidak menyalahgunakan jabatan, menunaikan kewajiban dengan baik, memelihara semua nikmat yang diberikan Allah.[30]
c.    Hikmah amanah yaitu terselenggaranya ketertiban, timbulnya ketenangan, dipercaya dan mudah meraih cita-cita, kesenangan dan kemakmuran.[31]

G. Akhlak Tercela
1.    Memfitnah
Fitnah sebagian besar digunakan untuk pengertian cobaan/ ujian, azab/ siksaan,kekacauan, bencana, semua tindakan yang bertujuan menghalangi kebebasan beragama. Dalam  percakapan sehari-hari, fitnah berarti tuduhan yang dilontarkan kepada seseorang dengan maksud menjelekkan/ merusak nama baik orang tersebut padahal ia tidak pernah melakukan perbuatan buruk sebagaimana yang dituduhkan itu.

2.    Mencuri
Mencuri adalah mengambil hak/ mengambil milik orang lain dengan cara yang tidak syah. Termasuk mencuri adalah mencopet, merampok, membajak dan korupsi.

3.    Sikap Picik
Picik yaitu sifat yang mempunyai ciri-ciri antara lain sempit pemikiran karena kurang pengetahuan sehingga tidak mempunyai pandangan/ wawasan yang luas.

4.    Sikap Hedonisme
Hedonisme adalah suatu sikap yang menjadikan ukuran baik dan buruknya tingkah laku manusia dengan kelezatan.

5.    Sikap Khianat
Khianat adalah sikap hidup manusia yang tidak bisa dipercaya dan tidak bertanggung jawab terhadap apa yang telah menjadi tanggungannya.

6.    Sikap Ananiah (Egois)
Ananiah adalah sikap yang menyebabkan seseorang akan selalu melakukan perbuatan yang dapat menguntungkan diri sendiri.

7.    Sikap Materialistis
Materialistis adalah sikap yang senang kepada dunia/ harta benda yang melebihi batas kebutuhan.

Pertanyaan !
1.    Apa hikmah menghindari sikap fitnah ?
2.    Apa hikmah menghindari sikap mencuri ?
3.    Apa hikmah menghindari sikap picik ?
4.    Apa hikmah menghindari sikap hedonisme ?
5.    Apa hikmah menghindari sikap khianat ?
6.    Apa yang akan ditimbulkan dari sifat ananiah (egois) ?
7.    Apa hikmah menghindari sifat ananiah ?
8.    Apa akibat sifat materialistis ?
9.    Apa hikmah menghindari sikap materialistis ?

Jawaban :
1.    Terciptanya kedamaian dan ketentraman, persaudaraan, persatuan dan kesatuan.[32]
2.    Menghormati/ menjaga hak milik, menjaga harga diri, membawa ketenangan hati.[33]
3.  Mudah menghargai pendapat orang lain, bersedia menerima segala perbedaan, memiliki tabiat tawadhu’/ tidak sombong dan tidak arogan, mendapatkan rahmat dan diangkat derajatnya oleh Allah.[34]
4. Terkendali hawa nafsu, terpelihara dari kegelisahan batin, terjaga dari kemaksiatan, dapat menumbuhkan sifat sabar.[35]
5.  Terwujudnya keamanan dan ketertiban, menciptakan kedamaian dan ketenangan, dipercaya dan mudah mencapai cita-cita, terciptanya kesenangan dan kemakmuran.[36]
6.    Yang akan tmbul sikap takabbur (sombong),  kikir (bakhil), memecah belah persaudaraan.[37]
7. Membawa sikap tawadhu’, tidak takabbur dan tidak arogan, membentuk sikap dermawan, mengokohkan persaudaraan dan perdamaian.[38]
8.    Kikir/ bakhil[39], rakus, tamak[40], loba, melalaikan kewajiban.[41]
9. Menumbuhkan sikap dermawan, melahirkan sikap qanaah[42], membina sikap zuhud[43], selalu bersyukur[44] atas nikmat Allah.[45]


BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
       Dari pembahasan Materi Akidah Akhlak Kelas X Semester Genap dapat kami simpulkan sebagai berikut  :
1.  Pengertian sikap pasif adalah sikap yang mempunyai ciri-ciri diantaranya :cenderung menanti orang lain untuk membantu dirinya, tidak mampu mengutarakan keinginannya, tidak bisa memanfaatkan kesempatan dan jikalaupun ada kesempatan, tidak cakap merespon sehingga diambil orang lain, tidak terlalu memiliki keinginan untuk memperbaiki keadaan dirinya, kurang serius dan sulit mengungkapkan perasaan kepada orang lain. Adapun madharat sikap pasif adalah cepat menyerah, putus asa dan mengalah pada pendapat orang lain, selalu merasa kalah dan tidak dapat hidup bahagia, akan selalu dijadikan sasaran yang mudah dididik untuk dimanfaatkan. Dan cara mengarahkan sikap pasif yaitu dengan belajar mengenali hal yang diinginkan, diyakini atau dirasakan, mengutarakannya tanpa membebani orang-orang di sekeliling kita.
2.  Pengertian sikap pesimis adalah suatu sikap yang mempunyai ciri-ciri diantaranya : tidak realistis dalam  melihat kenyataan, memandang realistis dengan kaca mata negatif dan menimbulkan masalah besar yang akan menjadi beban baru dalam  kehidupannya, lemah dan lamban menyikapi keadaan, muncul pikiran-pikiran buruk yang akan terjadi setiaap melihat kenyataan.
3. Pengertian sikap putus asa adalah sikap / sifat yang timbul karena kecemasan yang berlebihan, sehingga tidak ada lagi tempat untuk harapan sedikitpun.
4.    Pengertian sikap bergantung (tidak mandiri) adalah suatu sifat yang mempunyai ciri-ciri antara lain : tidak mampu mengandalkan dirinya sendiri dalam  merencanakan dan membuat keputusan penting. Sangat terikat dengan pendapat orang lain, tidak mampu mengambil inisiatif untuk menentukan yang terbaik bagi dirinya, tidak mampu bekerja sendiri, mengandalkan orang lain (keluarga/ teman) dalam  memenuhi kebutuhan emosional dan kebutuhan lainnya.
5.  Pengertian beriman kepada kitab artinya percaya dan membenarkan dengan sepenuh hati bahwa kitab-kitab itu berisi firman-firman Allah yang diwahyukan kepada para Nabi dan Rasul-Nya sebagai pedoman hidup manusia agar dapat membedakan yang baik dan batil, antara yang baik dan buruk, antara yang halal dan haram.
6.    Akhlak terpuji dalam  islam diantaranya :bijaksana dan amanah.
7.    Akhlak tercela diantaranya memfitnah, mencuri, sikap picik, sikap hedonisme, sikap khianat, sikap ananiah (egois), sikap materialistis.

B.  Saran
Hendaknya materi Akidah Akhlak benar-benar dipelajari, dipahami dan diamalkan dalam  perilaku sehari-hari, supaya menambah mutu dari pribadi siswa sesuai dengan tuntunan ajaran Islam.

DAFTAR PUSTAKA

Aceh, Abu Bakar. Pengantar Ilmu Tarekat, Kajian Historis Tentang Mistik. Solo : Ramadhani, 1994.
Al-Ghalayain, Mustafa. Idhatun Nasyiin. Terj. M. Fadil Said An-Nadwi Surabaya: Al Hidayah, 1421 H.
Al-Maraghi, Ahmad Mustofa. Tafsir Al Maraghi. terj. Bahrun Abu Bakar Semarang : Toha Putra, 1985.
Badri, K.H. Imam. Bekal Hidup Di Dunia Dan Akhirat, Hidup Sukses Dengan Iman, Ilmu Dan Amal. Gontor, Misykat, 2004.
Depag RI, Al Qur’an Dan Terjemahnya. Semarang: CV Toha Putra, 1989.
Nawawi, H. Hadari. Pendidikan Dalam  Islam. Surabaya: Al Ikhlas, 1993.
Rahman,  Taufiqur dan Siswanto, Moch. Edy. Akidah Akhlak MA Untuk Kelas X Semester Genap. Kegiatan Pengadaan Buku Pelajaran MA Program Pendidikan Menengah Kanwil Depag Provinsi Jawa Timur, 2006.
Shihab, M. Qurays. Tafsir Al Misbah. Jakarta: Lentera Hati, 2002. 
Sutoyo, Moh. Tasawuf Dan Tarekat Jalan Menuju Allah. Madiun: Tegalarum, 2005.

________________________________________
[1] Taufiqur Rahman dan Moch. Edy Siswanto, Akidah Akhlak MA Untuk Kelas X Semester Genap (Kegiatan Pengadaan Buku Pelajaran MA Program Pendidikan Menengah Kanwil Depag Provinsi Jawa Timur, 2006), 68.
[2] Supaya hidup kita berkualitas dan  bermanfaat, maka kita harus mengerjakan beberapa hal dalam hidup kita yaitu: pertama, meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT sebagai Pencipta. Kemudian meningkatkan hubungan kita dengan-Nya dan berusaha meningkatkan akhlakul karimah serta menambah ilmu pengetahuan. Dengan bekal tersebut kita akan dapat berhubungan baik dengan Allah SWT dan juga berhubungan baik dengan manusia. Orang yang mempunyai ilmu pengetahuan akan mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat jika ia memanfaatkan ilmunya dengan baik. Kedua, berusaha dan bersungguh-sungguh. Salah satu upaya untuk bisa meningkatkan hidup kita  adalah dengan berusaha bersungguh-sungguh dalam  mengerjakan pekerjaan apa saja yang diridhai Allah SWT. Dalam  sebuah mahfudhat dikatakan “Man Jadda Wa Jada” artinya barangsiapa yang bersungguh-sungguh maka dia akan mendapatkan. Al Mahfudhat tersebut mengandung filsafat hidup yang mendorong kita untuk senantiasa berusaha dengan sungguh-sungguh, karena hanya dengan usaha yang sungguh-sungguhlah kita akan menjadi orang yang sukses. Ketiga, istiqamah. Sikap ini adalah salah satu unsur penting agar mutu hidup kita ini lebih baik dan lebih bermakna, baik bagi diri kita sendiri maupun bagi orang lain. Orang yang istiqamah pasti akan ditolong oleh Allah SWT. Keempat, Tajdid Al-Niyah (selalu memperbaharui/ memperbaiki niat). Karena niat itu kadang-kadang benar, kadang-kadang salah. Untuk itu perlu kita perbaiki terus menerus. Dengan memperbaiki niat secara terus menerus, segala langkah kita akan terjamin dengan baik. Memperbaharui niat juga berfungsi sebagai muhasabah al nafsi untuk diri kita dan segala amal yang telah kita lakukan/ kerjakan. Kelima, selalu merasa kurang. Seperti kurang ilmu, kurang amal, kurang ibadah, kurang sedekah, dan kurang lain-lainnya. Orang yang merasa kurang akan berusaha untuk menambal kekurangannya. Orang yang seperti itu hidupnya akan lebih bermutu daripada orang yang merasa cukup. Keenam, menjalankan sesuatu yang perlu sesuai dengan ajaran Islam dan meninggalkan yang tidak perlu. Lihat dalam  K.H. Imam Badri, Bekal Hidup Di Dunia Dan Akhirat, Hidup Sukses Dengan Iman, Ilmu Dan Amal (Gontor, Misykat, 2004), 46-52.
[3] Taufiqur Rahman dan Moch. Edy Siswanto, Akidah... , 69.
[4] Ibid., 70.
[5] Ibid., 78.
[6] Pribadi mandiri selalu mampu melihat datangnya kesempatan terutama untuk merebut sukses material. Sedang kesempatan untuk merebut sukses spiritual selalu terbuka selama berada di perjalanan hidup sebagai nikmat dari Allah SWT. Orang-orang yang tidak mau merangkul kesempatan dalam  kehidupan duniawiah akan selalu ketinggalan dan tidak akan mengalami kemajuan. Jarang kesempatan datang lebih dari dua kali. Di samping itu pribadi mandiri harus menciptakan kesempatan. Untuk itu diperlukan kreatifitas dan inisiatif serta keberanian mewujudkannya. Kreatifitas dan inisiatif ibarat layang-layang, yang hanya naik menantang angin, bukan mengikuti angin. Kreatifitas dan inisiatif sebagai perwujudan berfikir positif dan maaju dalam  menghasilkan sesuatu yang baru harus diusahakan tidak bertentangan dengan ajaran Islam, agar berada dalam  ridha Allah SWT. Lihat dalam  H. Hadari Nawawi, Pendidikan Dalam  Islam (Surabaya: Al Ikhlas, 1993), 359. 
[7] Taufiqur Rahman dan Moch. Edy Siswanto, Akidah... , 82.

[8] Tergesa-gesa menyelesaikan suatu pekerjaan adalah bukan hal yang dapat mengantarkan pada keberhasilan, tetapi justru mengakibatkan kelambatan dan menimbulkan penyesalan. Sebaliknya, bekerja dengan memikirkan kebaikan serta kesempurnaan pekerjaan, itulah yang menjadi faktor penentu kesuksesan. Wahai generasi muda, berhati-hatilah, jangan sekali-kali tergesa-gesa dalam  melakukan pekerjaan tanpa memperhitungkan kebaikan dan kesempurnaannya, sebab sikap tergesa-gesa yang tidak didahului pemikiran yang matang menyebabkan kegagalan dan kerugian. Lihat dalam  Mustafa Al – Ghalayain, Idhatun Nasyiin, Terj. M. Fadil Said An-Nadwi (Surabaya: Al Hidayah, 1421 H.), 273-274.
[9] Taufiqur Rahman dan Moch. Edy Siswanto, Akidah... , 82.
[10] Ibid., 92.
[11] Depag RI, Al Qur’an Dan Terjemahnya (Semarang: CV Toha Putra, 1989), 1087.
[12] Kata (ذرّة) zarrah ada yang memahaminya dalam  arti semut yang kecil pada awal kehidupannya atau kepala semut. Ada juga yang menyatakan dia adalah debu yang terlihat beterbangan di celah cahaya matahari yang masuk melalui lubang atau jendela. Sebenarnya kata ini digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang terkecil, sehingga apapun makna kebahasaannya yang jelas adalah ayat ini menegaskan bahwa manusia akan melihat amal perbuatannya sekecil apapun amal itu. Lihat dalam  M. Qurays Shihab, Tafsir Al Misbah (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 455. 
Dalam  konteks kecil atau besarnya amal, Nabi SAW bersabda: “Lindungilah diri kamu dari api neraka walau dengan sepotong kurma” (H.R. Ahmad dan Baihaqi melalui Abdullah Bin Mas’ud )
Kata (يراه) yarahu terambil dari kata (راء)  yang pada mulanya berarti melihat dengan mata kepala. Tetapi ia digunakan juga dalam  arti mengetahui. Sementara ulama menjelaskan bahwa jika anda ingin memahaminya dalam  arti melihat dengan mata kepala, maka yang terlihat itu adalah tingkat-tingkat dan tempat-tempat pembalasan serta ganjarannya, dan bila memahaminya dalam  arti mengetahui, maka obyeknya adalah balasan dan ganjaran amal itu. Dapat juga dikatakan bahwa diperlhatkannya amal dengan mata kepala tidaklah mustahil bahkan kini dengan kemajuan teknologi semua aktifitas lahiriah manusia dapat kita saksikan walau setelah sekian waktu. Perlu dicatat bahwa diperlihatkannya amal itu tidak berarti bahwa semua yang diperlihatkan itu otomatis diberi balasan oleh Allah, karena boleh jadi sebagian diantaranya__apalagi amalan-amalan orang mukmin__dimaafkan oleh-Nya. Lihat dalam  M. Qurays Shihab, Tafsir ..., 455.
[13] Taufiqur Rahman dan Moch. Edy Siswanto, Akidah... , 108.
[14] Dalam  sebuah hadis di katakan : kebaikan adalah akhlak yang baik dan dosa adalah apa saja yang terdetik dalam  hati sedang kamu tidak ingin orang lain mengetahuinya (H.R. Muslim dan Ashabus Sunan). Lihat dalam  Tafsir Al Maraghi oleh Ahmad Mustofa Al Maraghi terj. Bahrun Abu Bakar (Semarang : Toha Putra, 1985), 85-86.
[15] Taufiqur Rahman dan Moch. Edy Siswanto, Akidah... , 109.
[16] Ibid., 105.
[17] Depag RI, Al Qur’an ..., 391.
[18] Ibid., 779.
[19] Lihat dalam  Q.S. Al Maidah : 48.
[20] Lihat dalam  Q.S. Al Hijr : 9., “ Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al Qur’an dan pasti Kami pulalah yang memeliharanya”.
[21] Lihat dalam  Q.S. Al Baqarah : 23, “ dan jika kamu meragukan (Al Qur’an) yang Kami turunkan kepada hamba kami (Muhammad), maka buatlah satu surat semisal dengannya dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar”.  
[22] Taufiqur Rahman dan Moch. Edy Siswanto, Akidah... , 119.
[23] Lihat dalam  Q.S. Al Baqarah : 2.
[24] Lihat dalam  Q.S. Al Ankabut : 51.
[25] Lihat dalam  Q.S. Ibrahim : 1.
[26] Lihat dalam  Q.S. Al Isra’ :82.
[27] Lihat hadis Rasulullah : “Barang siapa yang membaca satu huruf dari kitab Allah (Al Qur’an) maka ia mendapat kebaikan dan setiap kebaikan itu mendapat pahala sepuluh kali lipat. Saya tidak berkata “ Alif Lam Mim” satu huruf akan tetapi alif satu huruf lam satu huruf dan mim satu huruf (H.R. At Tirmidzi).
[28] Baca hadis Nabi: “ bacalah  Al Qur’an karena sesungguhnya  Al Qur’an itu akan datang pada hari kiamat sebagai penolong (pembeda) bagi orang-orang yang mempelajari dan memanfaatinya”. (H.R. Muslim)
[29] Taufiqur Rahman dan Moch. Edy Siswanto, Akidah... , 134-135.
[30] Ibid., 138-139.
[31] Ibid., 140.
[32] Ibid., 155.
[33] Ibid., 157-158.
[34] Ibid., 159.
[35] Ibid., 161.
[36] Ibid., 165.
[37] Ibid., 166-167.
[38] Ibid., 167.
[39] Bakhil/ kikir yaitu perasaan dan tindakan tidak mau mengeluarkan sesuatu yang dimiliki. Untuk menghilangkan penyakit ini tidak usah mengikuti hawa nafsu dan mengingat keutamaan shadaqah serta dermawan. Firman Allah (Q.S Al Hasry : 59 : 9) : “barang siapa yang terjaga dari kekikiran jiwanya maka mereka itulah orang-orang yang berbahagia”. Lihat dalam  Moh. Sutoyo, Tasawuf Dan Tarekat Jalan Menuju Allah (Madiun: Tegalarum, 2005), 132.
[40] Tamak adalah rasa rakus untuk memiliki sesuatu yang melebihi batas keperluan. Untuk menghilangkan penyakit ini adalah dengan menanamkan sifat qanaah dalam  hati serta menerima dengan syukur pemberian Allah SWT dan berfikir hikmah di balik pemberian Allah SWT. Lihat dalam  Moh. Sutoyo, Tasawuf Dan Tarekat Jalan Menuju Allah (Madiun: Tegalarum, 2005), 131-132.
[41] Taufiqur Rahman dan Moch. Edy Siswanto, Akidah... , 169.
[42] Qanaah menurut Imam Ghazali adalah sabar yang ditujukan kepada menerima nasib sebagaimana yang ada. Lihat dalam Abu Bakar Aceh, Pengantar Ilmu Tarekat, Kajian Historis Tentang Mistik (Solo : Ramadhani, 1994), 180.
[43] Zuhud yaitu menghindarkan diri dari kemewahan duniawi/ menguasai hawa nafsu dalam  segala jenisnya. Zuhud ada tiga yaitu zuhud awam yaitu menahan dari segala larangan, zuhud khawas yaitu meninggalkan hal-hal yang tidak perlu, zuhud arifin yaitu meninggalkan segala sesuatu yang menghalangi untuk mengingat Allah. Lihat dalam  Moh. Sutoyo, Tasawuf Dan Tarekat Jalan Menuju Allah (Madiun: Tegalarum, 2005), 29.
[44] Syukur yaitu menggunakan pemberian Allah SWT sesuai dengan perintah-Nya. Kongkritnya  syujur adalah ungkapan rasa terima kasih kepada Allah atas segala sesuatu yang kita lakukan dan kita miliki di dunia ini, karena semua itu berkat karunia Allah SWT atau menggunakan pemberian Allah SWT sesuai dengan perintah-Nya. Lihat dalam  Moh. Sutoyo, Tasawuf Dan Tarekat Jalan Menuju Allah (Madiun: Tegalarum, 2005), 30-31.
[45] Taufiqur Rahman dan Moch. Edy Siswanto, Akidah... , 170.

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Tampilkan Komentar
Sembunyikan Komentar

0 Response to "Materi Akidah Akhlak Kelas X Semester Genap [Lengkap]"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel


Like this blog? Keep us running by whitelisting this blog in your ad blocker.

This is how to whitelisting this blog in your ad blocker.

Thank you!

×