Safelink

Pembahasan Lengkap Tentang Ulumul Quran dan Perkembangannya

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi allah swt, yang atas berkah dan rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah Ulumul Qur’an yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang membahas tentang “Ulumul Quran dan Perkembangannya”.

Makalah ini berisikan tentang ulumul quran serta perkembangannya. Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang ilmu al-quran . Makalah ini disusun agar para pembaca dapat memperluas pengetahuan tentang “ILMU  AL-QUR’AN" dan juga untuk memenuhi sebagian tugas Ulumul Qur’an yang diberikan oleh dosen pembimbing kami Muhammad Ichsan.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.




Banda aceh, 22 April 2016

penulis
Ulumul Quran dan Perkembangannya


BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an adalah kalamullah yang diwahyukan kepada nabi Muhammad saw. Sebagai risalah yang universal. Dan merupakan sebuah petunjuk bagi semua manusia yang lengkap dan komprehensif. Al-Qur’an memperkenalkan dirinya dengan berbagai ciri dan sifat. Salah satu di antaranya adalah bahwa ia merupakan kitab yang keotentikannya dijamin oleh Allah swt, dan ia adalah kitab yang senantiasa dipelihara oleh Allah sampai hari akhir nanti.

B.    Gambaran Masalah
Maka bedasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1.    Bagaimana pengertian dari ulumul quran ?
2.    Bagaimana ruang lingkup pembahasannya?
3.    Bagaimana urgensi mempelajari ulumul quran?
4.    Apa saja sejarah pertumbuhan dan perkembangannya?

C.    Tujuan penulisan
1.    Agar mahasiswa memahami tentang ilmu al-qur’an.
2.    Mengetahui dan mengerti sejarah dan perkembangannya.

D.    Tujuan khusus
Supaya mahasiswa uin ar-raniry menambah pengetahuan tentang ulumul quran dan perkembangannya.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Ulumul Quran
Adapun pengertian ulumul quran menurut buku Muhammad Ali Ash-Shaabuniy judul: Studi Ilmu Al-Qura’an yaitu adalah seluruh pembahasan yang berhubungan dengan Al-Quranul Majid yang abadi, baik dari segi penyusunannya, pengumpulannya, sistematiknya, perbedaan antara surat Makiyah dan Madaniyah, pengetahuan tentang nasikh dan mansukh, pembahasan tentang ayat-ayat yang muhkamat dan mutasyabihat, serta pembahasan-pembahasan lain yang berhubungan dengan Al-Quran Azim.

Ulumul quran menurut buku Muchtar Adam adalah suatu ilmu yang membahas segala macam yang bersangkutan paut dengan al-qur’an itu sendiri.

Adapun tujuan dari studi ilmu ialah:
1.    Memahami Kalam Allah Azza Wajalla, sejalan dengan keterangan dan penjelasan dari Rasulullah SAW. Serta sejalan pula dengan keterangan yang dikutip oleh para sahabat dan tabi’in tentang interpretasi mereka mengenai Al-Quran.
2.    Mengetahui cara dan gaya yang dipergunakan oleh para Mufasir (ahli tafsir) dalam menafsirkan Al-Quran dengan disertai penjelasan tentang tokoh-tokoh ahli tafsir yang ternama serta kelebihan-kelebihannya.
3.    Mengetahui persyaratan-persyaratan dalam menafsirkan Al-Quran.
4.    Mengetahui ilmu-ilmu lain yang dibutuhkan untuk itu.

B.    Ruang Lingkup Pembahasannya

Ruang lingkup dan pembahasan Ulumul Qur’an sangat luas. Dalam kitab al-Itqan, al-Syuyuti menguraikan sebanyak 80 cabang ilmu.[16] Dari tiap-tiap cabang terdapat beberapa macam cabang ilmu lagi. Kemudian al-Suyuti mengutip Abu Bakar Ibnu al-Araby yang mengatakan bahwa Ulumul Qur’an terdiri dari 77450 ilmu. Hal ini didasarkan kepada jumlah kata yang terdapat dalam al-Qur’an dengan dikalikan empat. Sebab, setiap kata dalam al-Qur’an mengandung makna zahir, batin, terbatas, dan tidak terbatas. Perhitungan ini masih dilihat dari sudut mufradatnya. Adapun jika dilihat dari sudut hubungan kalimat-kalimatnya, maka jumlahnya menjadi tidak terhitung.

Menurut Quraish Shihab, materi pembahasan Ulumul Qur’an dapat dibagi dalam empat komponen:
1)    pengenalan terhadap al-Qur’an
2)    kaidah-kaidah tafsir
3)    metode-metode tafsir
4)    kitab-kitab tafsir dan mufassir.

Sementara itu, Jalal al-Din al-Bulqiny membagi kajian ilmu al-Qur’an menjadi enam kelompok besar, yaitu:
1)    Nuzul
2)    Sanad
3)    Ada’
4)    Al-Faz
5)    Ma’nan Muta‘alliq bi al-Ahkam
6)    Ma’nan muta’alliq bi al-faz.

Selanjutnya 6 kelompok ini dibagi lagi menjadi 50 persoalan seputar pembahasan Ulumul Qur’an. Senada dengan pandangan al-Bulqiny, Hasby al-Shiddieqi berpendapat dari segala macam pembahasan Ulumul Qur’an itu kembali ke beberapa pokok pembahasan saja seperti:

1.    Nuzul. Ayat-ayat yang menunjukan tempat dan waktu turunya ayat al-Qur’an misalnya makkiyah, madaniyah, hadhariah, safariyah, nahariyah, lailiyah, syita’iyah, shaifiyah, dan firasyiah.
2.    Sanad. Sanad yang mutawattir, ahad, syadz, bentuk-bentuk qira’at nabi, para periwayat dan para penghapal al-Qur’an, dan cara tahammul (penerimaan riwayat).
3.    Ada’ al-Qira’ah. Menyangkut waqaf, ibtida’, imalah, madd, takhfif hamzah, idgham.
4.    Pembahasan yang menyangkut lafadz Al-Qur’an, yaitu tentang gharib, mu’rab, majaz, musytarak, muradif, isti’arah, dan tasybih.
5.    Pembahasan makna al-Qur’an yang berhubungan dengan hukum, yaitu ayat yang bermakna Am dan tetap dalam keumumanya, Am yang dimaksudkan khusus, Am yang dikhususkan oleh sunnah, nash, zahir, mujmal, mufashal, mantuq, mafhum, mutlaq, muqayyad, muhkam, mutasyabih, musykil, nasikh mansukh, muqaddam, mu’akhar, ma’mul pada waktu tertentu, dan ma’mul oleh seorang saja.
6.    Pembahasan makna al-Qur’an yang berhubungan dengan lafadz, yaitu fasl, wasl, i’jaz, itnab, musawah, dan qasr.

C.    Urgensi Mempelajari Ulumul Qur’an
Tanpa mempelajari Uluumul Qur-an sebenarnya seseorang akan kesulitan memahami makna yang terkandung dalam Al Qur-an, bahkan bisa jadi malah tersesatkan. Apalagi ada 2 jenis ayat yaitu ayat-ayat muhkamaat dan mutsayabihaat. Sejak masa nabi Muhammad pun, terkadang sahabat memerlukan penjelasan nabi apa yang dimaksud dalam ayat-ayat tertentu. Sehingga muslimin yang hidup jauh sepeninggal Nabi S.a.w, terutama bagi yang ingin memahami kandungan Al Qur-an dituntut untuk mempelajari ilmu tersebut.

Adapun manfaat mempelajari Ulumul Qur’an antara lain adalah:
    Mampu menguasai berbagai ilmu pendukung dalam rangka memahami makna yang terkandungdalam al-Qur`an.
    Membekali diri dengan persenjataan ilmu pengetahuan yang lengkap, dalam rangka membela al-Qur`an dari berbagai tuduhan dan fitnah yang muncul dari pihak lain.

Seorang penafsir (mufassir) akan lebih mudah dalam mengartikan al-Qur`an dan mengimplementasikannya dalam kehiB. Manifestasi Iman dalam Bidang Kekhalifahan Dalam suatu penggalan Al-Qur'an yang sangat dramatis dan mengesankan, tuhan mengatakan kepada kita bahwa dia telah menawarkan amanat-Nya kepada langit dan bumi, tetapi mereka tidak berani menerimanya; bahwa hanya manusialah yang mau menerimanya.Seorang pemikir Pakistan Muhammad Iqbal pernah mengatakan bahwa manusia adalah patner Tuhan dalam menjaga stabilitas alam semesta.

Dari itulah manusia disebut sebagai khalifah fi al-ardh. Tentunya seorang yang memiliki keimanan akan bertanggung jawab penuh atas kepercayaan yang dibebankan Tuhan kepadanya. Manusia mewarisi sifat-sifat Tuhan, dan dengannya manusia memiliki potensi untuk menjadi al-insanu al-kamil (manusia sempurna) atau dalam bahasa Iqbal dibahasakan dengan Insan Cita.Namun lain halnya dengan orang yang beriman. Orang yang tidak memiliki rasa keimanan serta tidak mengerti akan eksistensi sebagai manusia, dia akan membuat kerusakan dan mengadakan pertumpahan darah di muka bumi sebagai mana yang ditakutkan oleh malaikat yang diabadikan Allah dalam Al-Qur'an "Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:

"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." Murtadlha Mutahari memberikan pernyataan bahwasanya ada tiga potensi pada manusia. Yaitu manusia sebagai Basyar, Banu Adam, dan sebagai Insan. Potensi manusia sebagai basyar adalah sebagai makhluq biologis yang tidak jauh berbeda dengan binatang. Hanya saja basyar adalah hayawanu nathiq (hewan yang berbicara).

Dengan potensi ini manusia masih jauh dari kesempurnaan sebagai manusia. Potensi manusia sebagai Banu Adam adalah manusia sebagai makhluq biologis yang memiliki akal untuk berfikir merumuskan perkembangan-perkembangan yang sesuai untuk diterapkan pada kehidupan mengikuti pergeseran zaman. Pada potensi ini manusia hampir mendapati ekstensinya, namun belum layak untuk dikategorikan sebagai al-insan al-kamil. Potensi yang ketiga adalah potensi manusia sebagai insan. Pada potensi inilah manusia dapat dikategorikan sebagai manusia sempurna. Yaitu manusia memiliki tiga potensi sebagi makhluq biologis yang memiliki akal fikiran dan disempurnakan dengan adanya hati nurani yang senantiasa menuntun kepada perbuatan kebajikan, merindukan kedamaian, keselarasan, keharmonisan, serta ketertiban di muka bumi.

Dengan keterangan di atas, maka orang yang beriman akan selalu berusaha memaksimalkan seluruh potensi yang ada. Dan dengan demikian maka terlaksanalah tugas manusia sebagai khalifah di muka bumi. Dan sesungguhnya manusia yang menjadikan dirinya manusialah yang akan dibangkitkan dalam rupa manusia.

D.    Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangannya
Menurut buku Muchtar Adam judul: Ulum Al Qur’an , Pada zaman Rasulullah saw istilah tafsir saja belum populer apalagi istilah ‘ulum al-Qur’an. Hal ini dapat dipahami karena segala kesulitan yang dihadapi oleh sahabat dapat terpecahkan apabila persoalannya sudah sampai pada Rasulullah saw dalam rangka menerangkan, memperjelas dan menafsirkan al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari. Inilah yang terkenal dengan tafsir al-Naby.

Pada saat ini belum ada karya tafsir yang tertulis. Nabi menafsirkan al-Qur’an itu dengan menggunakan al-Qur’an itu sendiri seperti ketika ditanya tentang “dzulmun” beliau menjawab “syirik” dan “kafir” atau nabi menjelaskan melalui petunjuk Allah Swt. Yang terkenal dengan hadis nabi. Para ulama merujuk pada realisasi surh al-Nahal [16] : 44. Mereka menyatakan bahwa ayat ini merupakan satu diantara sekian banyak tugas kenabian Muhammad saw yaitu memberikan bayan (penjelasan) mengenai maksud dan kandungan al-Qur’an melalui al-Hadits. Tapi sebahagian ulama memahami bahwa bayan di sini justru al-Qur’an itu sendiri yang dinyatakan dan disampaikan pada manusia oleh Nabi. Golongan ini menolak tafsir al-Qur’an dengan al-Hadits.

Setelah Rasulullah saw wafat maka sebelum munculnya kitab-kitab ‘Ulum al-Qur’an pada abad pertama hijriyah, dikalangan sahabat muncul ulama-uluma al-Qur’an dari kalangan sahabat. Para sahabat berusaha menjelaskan al-Qur’an (Tafsir al-shahabah) 39 berdasarkan pegetahuan mereka yang diperoleh dari Rasulullah saw dan jika terjadi kesulitan maka mereka berijtihad sendiri. Para sahabat yag merupakan pakar dalam tafsir ialah empat Khulafa al-Rasyidin, ‘Abdullah bin ‘Abbas, Abdullah Ibnu Mas’ud, ubay bin Ka’ab, Zaid bin Tsabit, Abu Musa al-Asy’ari dan ‘Abdulullah bin Zubayr. Mereka adalah sarjana-sarjana tafsir yang diaui kehebatannya. Yang paling menonjol dikalangan mereka ialah ‘Ali bin Abi Thalib. Beliau adalah kuncinya segala ilmu.

Pada zaman pemerintahan ‘Umar bin Khatthab, para sahabat-sahabat besar ini dilarang pindah dari Madinah, karena dikhawatirkan terjadi perpecahan diantara kaum muslimin. Tetapi pada masa pemerintahan ‘Utsman bin Affan, larangan ini dicabut, sehingga para sahabat tersebut tersebar ke mana-mana dan mengajarkan ilmu yang mereka peroleh dari Nabi, yang satu dengan yang lain berbeda, karena perbedaan frekwensi pertemuannya dengan Nabi, serta perbedaan intelektualitas mereka.

Ulum al-Qur’an mulai dari mas generasi sahabat:

1.    Generasi sahabat
‘Usman bin affan, perintis Ilmu Resmi al-Qur’an (Rasmi Usmani), yaitu tulisan dan penulisan al-qur’an.
‘Ali bin Abi Thalib, oerintis Ilmu I’’rab al-Qur’an yang memerintahkan kepada Abu al-aswad al-Dualy untuk menyusun grammar bahasa arab (Nahwu).
Generasi sahabat diantaranya : ‘Abdullah bin ‘Abbas, ‘abdullah bin Mas’ud, Ubay bi Ka’ab, Zaid bin Tsabit, Al-‘Asy’ari, ‘Abdullah bin Zubair.

2.    Generasi Tabi’in
Generasi Tabi’in diantaranya : Mujahid (103 H.), Atha’(114 H.), ‘Ikrimah (105 H.), Qatadah (118 H.), Hasan Basri (110 H.), Zaid bin Aslam (136 H.)
Penulis pertama pada abad kedua hijriyah ialah Qatadah bin Di’amah (118 H.) menulis kitab al-Nasikh wa al-Munsukh (ayat yang menghapus dan yang dihapus dalam al-Qur’an).

3.    Abad ketiga Hijriyah
Ulama-ulama yang kali pertama menulis ialah :
•    Imam al-Syafi’i, karyanya Ahkam al-Qur’an (Tafsir yang membahas hukum-hukum al-Quran, menurut faham Imam al-Syafi’i) dna al-Risalah.
•    Muhammad Ibn al-Mustamir, menulis kitab ‘Ilmu Tasyabuh al-Quran. (Ilmu yang membahas tentang ayat-ayat Mutasyabih (yang belum jelas hukumnya). Lawannya ayat-ayat Mukhamat (ayat-ayat yang jelas hukumnya).
•    Abu Ubaidah al-Mutsanna, menulis kitab ilmu Majaz al-Quran. (Ilmu yang membahas makna-makna simbolis didalam al-quran).
•    Abu ‘Ubaid bin Salam, menulis ‘Ilmu al-Nasikh wa al-Mansukh, Qiraat dan Fadhail al-Quran (keutamaan-keutamaan ayat-ayat al-Quran).
•    ‘Ali Ibn al-Madini, guru iman Bukhari, inilah kitab pertama yang terbit dengan judul ilmu Asbab al-Nuzul (Ilmu yang membahas tentang sebab-sebab turunnya ayat atau surah al-Quran).
•    Abu Dawud al-Sijistan, menulis Ilmu al-Nasikh wa al-Mansukh.
•    Ibnu Qutaibah al-Dainuri, menulis Ilmu Musykil al_quran. (Ilmu yang mmembahas tentang bahasa yang jarang digunakan, bacaan yang asing dan bahasa yang sulit-sulit)
•    Muhammad Ayyub al-Dharis, menulis kitab ilmu al-Makki wa al-Madani (Ilmu yang membahas tentang ayat-ayat yang turun sebelum Nabi hijrah dan ayat-ayat yang turun sesudah hijrah)

4.    Ulama-ulama yang giat menulis  pada abad keempat hijriyah dalam biang ‘Ulumul al-Quran ialah :
•    Muhammad bin al-Khallaf al-Mirzaban ia menulis kitab al-Hawi fi ‘Ulum al-Quran
•    Ibnu Jarir al-Thabari (Tafsir al-Thabari. Tafsir ayat ditafsirkan dengan hadis Nabi dan riwayat para sahabat.
•    Abu Bakar bin  Qasim al-Anbari, ia menulis kitab ‘Ajaib  ‘Ulum al-Quran yang mengungkap keajaiban-keajaiban dan keistimewaan ilmu-ilmu al-Quran itu.
•    Abu Ja’far al-Nuhhas, karyanya Waqaf wa Isti’naf. (membahas tentang dimana boleh berhenti dan dimana tidak boleh berhenti dalam bacaan al-Quran)

5.    Pada abad kelima hijriyah muncul tokoh ulama yang aktif menulis kitab “ulum al-Quran” dan cabang-cabangnya :
•    Abu Bakar al-Baqilani, menulis kitab Ilmu I’jaz al-Quran.
•    Al-Syarif al-Murtadha, dengan karyanya ‘Ilmu Majaz al-Quran. (Mengungkap tentang keindahan bahasa al-Quran)
•    Al-Wahidi al-Naisaburi, menulis kitab ‘Ilmu Asbab al-Nuzul (Ilmu yang membahas sebab-sebab turunnya satu ayat atau satu surah)

Al-Quran memuat lebih dari enam ribu ayat yang diturunkan secara bertahap, ayat demi ayat, selama lebih dari dua puluh tiga tahun. Ayat-ayat tersebut dihimpun menjadi suwar yang berarti “wilayah tertutup”. Panjang setiap surah Al-Quran yang semuanya berjumlah 114 surah sangat beragam. Surah paling pendek adalah al-Kawtsar (108) yang terdiri atas tiga ayat, dan yang terpanjang adalah al-Baqarah (2) yang memuat 286 ayat.

Salah satu alasan kenapa surah dalam Al-Quran tidak disusun secara kronologis adalah karena kapan tepatnya tiap ayat diwahyukan tidak diketahui secara pasti. Disamping itu, banyak surah Al-Quran yang terdiri atas ayat-ayat yang diturunkan pada waktu yang berbeda sehingga penyusunan ayat Al-Quran secara kronologis tidak mungkin dilakukan tanpa memecah-mecah isi surah.

BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Ulumul quran adalah suatu ilmu yang membahas segala macam yang bersangkutan paut dengan al-qur’an itu sendiri. Salah satu alasan kenapa surah dalam Al-Quran tidak disusun secara kronologis adalah karena kapan tepatnya tiap ayat diwahyukan tidak diketahui secara pasti. Disamping itu, banyak surah Al-Quran yang terdiri atas ayat-ayat yang diturunkan pada waktu yang berbeda sehingga penyusunan ayat Al-Quran secara kronologis tidak mungkin dilakukan tanpa memecah-mecah isi surah.

B.    KRITIK DAN SARAN
Penulis telah memberikan gambaran umum tentang pengertian Ulumul Qur’an, ruang lingkup,urgensi mempelajarinya dan sejarah perkembangannya. Namun tidak menutup kemungkinan, banyak persoalan seputar terma yang diangkat yang belum tuntas, sehingga perlu tinjauan kembali dari teman-teman, dan lebih khusus dosen pemandu untuk memberikan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini dan semoga menjadi bermanfaat bagi kita semua.

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Tampilkan Komentar
Sembunyikan Komentar

0 Response to "Pembahasan Lengkap Tentang Ulumul Quran dan Perkembangannya"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel


Like this blog? Keep us running by whitelisting this blog in your ad blocker.

This is how to whitelisting this blog in your ad blocker.

Thank you!

×